TUBAN: KAYA ASET
TUBAN: KAYA RAYA DENGAN ASETNYA
Belakangan ini banyak sekali problem kebudayaan yang timbul di Indonesia, dari mulai diambilnya beberapa aset kebudayaan asli negara indonesia oleh negara lain, sampai masalah pewarisan kebudayaan kepada generasi muda yang kurang mendapat perhatian. Generasi muda yang kurang diperkenalkan kepada kebudayaannya sendiri menyebabkan mereka acuh dan tidak merasa memilki suatu nilai budaya yang harus dipertahankan. Padahal kebudayaan adalah adalah aset besar yang dapat memberikan banyak keuntungan untuk masyarakatnya. Contohnya adalah kebudayaan tuban yang coba dikembangkan oleh beberapa tokoh masyarakat tuban itu sendiri, beberapa narasumber yang saya jumpai adalah tokoh yang berperan dalam menjaga kelestarian kebudayaan di Tuban. Seperti bapak Asy’ari yang menjabat sebagai AIPTU (Ajun Inspektur Tingkat Satu) serta kepala unit pembinaan ketertiban masyarakat di POLRES Tuban beliau biasa dipanggil bapak Ashari atau bapak Sogol, beliau adalah tokoh masyarakat yang terjun langsung dalam kebudayaan tuban yaitu tayub, beliau berperan sebagai pengatur acara tayub dari awal sampai akhir atau pelayan dalam pementasan tayub yang biasa disebut sebagai pramugari. Banyak sekali kendala yang dihadapi oleh bapak Ashari untuk dapat memajukan tayub, jangankan memajukan kesenian tari tradisional rakyat ini. Untuk melestarikan agar tidak sampai punah saja butuh kerja keras. Kendala seperti adanya kerusuhan saat pementasaan yang disebabkan oleh beberapa masyarakat yang minum minuman beralkohol, padahal tayub di fungsikan untuk menjaga kerukunan masyakatnya. Namun, hal itu dapat diatasi dengan penertiban atau mendatangkan polisi untuk menjaga keamanan sewaktu pementasan tayub. Mahalnya biaya pementasan tayub juga menjadi kendala pada sebagian masyarakat yang tidak mampu secara financial. Tayub memang dapat mendatangkan keuntungan khususnya untuk pelaku tayub sendiri, bayangkan saja jika 20 kecamatan di Tuban ada 2000 pentas tayub tiap tahunnya. Tiap pementasan yang terorganisir atau satu paketnya kira-kira menghabiskan biaya 12 juta, maka berapa banyak orang yang mendapat keuntungan dari pementasan itu. secara tidak langsung juga dapat mengangkat kondisi ekonomi masyarakatnya. Untuk menjaga kelestarian dan penyelamatan aset kebudayaan memang dibutuhkan kerja sama masyarakatnya namun juga peran pemerintah dibutuhkan untuk membantu mempromosikan dan membantu mengangkat kembali kebudayaan asli daerah dengan cara memberi kesempatan menampilkan kebudayaan tersebut di banyak waktu dan tempat. Saat kebudayaan diambang batas kepunahan peran generasi muda sangat dibutuhkan dalam hal ini, seperti tayub contohnya yang dapat lestari sampai sekarang jika generasinya peduli terhadap kesenian asli daerah itu. Kepedulian tidak hanya sekedar mengerti apa itu tayub namun, dibutuhkan penerus untuk terjun langsung dalam pertunjukan. Menurut bapak Ashari penikmat kebudayaan tayub terjadi pengurangan, jika dilihat dari segi kemasyarakatannya memang perkembangan kehidupan masyarakat, perubahan struktur sosial dan tata nilai akan berhubungan dengan masalah kesenian dan masyarakatnya. Pewarisan tayub dapat dilakukan secara langsung tergantung para generasinya yang mau atau tidak untuk mewarisi budaya tayub tersebut. Kebudayaan Tuban tidak hanya berfokus pada tayub, namun terdapat juga batik gedok. Batik gedok adalah batik khas Tuban yang dahulu hampir punah. Salah satu tokoh masyarakat yang berhasil mengembangkan batik gedok ini adalah bapak Soleh, beliau adalah pengusaha di bidang tekstil atau lebih tepatnya adalah batik khas Tuban. bapak Soleh adalah pendatang dari daerah Malang yang berprofesi sebagai guru SD yang ditempatkan di Tuban. Beliau sudah bergelut dengan usaha batik ini dari tahun 1987, namun kendala pertama bapak Soleh adalah pemasaran, bahkan bapak Soleh harus memasarkan sendiri produk batiknya selama 4 tahun. Namun respon masyarakat yang baik dapat memajukan usaha bapak soleh. Secara tidak langsung penyelamatan aset kebudayaan Tuban sedang dilakukan oleh bapak Soleh, namun usaha batik tidak akan berkembang jika tidak ada dukungan baik dari pemerintah atau masyarakat itu sendiri. Itu sebabnya PT Semen Gersik membantu dengan memberikan pinjaman lunak untuk modal, dan pelatihan desain untuk batik. Menteri UKM bapak Surya Darma Ali juga pernah meninjau langsung. peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk memajukan batik asli Tuban tersebut. Hal ini berdampak pada masyarakat Tuban sendiri yang memperoleh pekerjaan, yang bearti dapat mengurangi jumlah pengangguran. Selain itu secara tidak langsung batik Tuban mengangkat perekonomian masyarakat sekitar dan devisa negara karena batik di ekspor ke banyak negara. Untuk dapat melestarikan batik gedok ini dibutuhkan juga sumber daya masyarakat yang memadai untuk mempelajari proses pembuatan batik gedok, maka dibutuhkan kepedulian generasi muda untuk mengenbangkan dan mempelajari pembuatan batik gedok asli Tuban. Usaha pelestarian harus dilakukan secara bertahap dan konsisten, batik gedok Tuban bapak Soleh misalnya juga sudah mengikuti pameran di Jawa Timur pada tahun 2009. Pada tahun 2010 memenangkan kategori penyerapan tenaga kerja terbanyak, tenaga kerja yang berhasil terserap dari aset budaya asli Tuban ini sebanyak 217 orang. tiap bulan kurang lebih 6 ribu potong batik yang berhasil terjual, omset setiap bulan dari batik gedok ini mencapai 300 juta. Menurut pemaparan pak Soleh saat ini pekerjanya yang hanya dapat membatik sutra hanya 6 orang, maka dibutuhkan banyak SDM yang dapat melanjutkan atau mewarisi pembuatan batik gedok sutera. Kendala yang paling sering dialami bapak soleh adalah penipuan. Kurangnya pengetahuan yang memadai tentang masalah marketing dan manajement menyebabkan penipuan tidak dapat dihindari saat akan menjual dan memasarkan produk. Bapak soleh memaparkan bahwa beliau pernah ditipu dua kodi kain batik oleh orang, orang tersebut tidak membayar batik yang sudah dibawa, lalu tahun 2007 pernah di tipu oleh orang yang mengaku eksportir senilai 75 juta. Produk bapak soleh juga dipasarkan di sebuah outlet di Bali, namun kurangnya pemahaman masalah hak paten, produk yang tadinya bernama HM Soleh dilepas dan diganti dengan logo outlet tersebut. Di outlet tersebut batik yang harganya 75 ribu dapat dijual 200 ribu perpotong. Namun belajar dari kesalahan maka bapak Soleh tetap bangkit untuk melanjutkan usahanya dan akhirnya usaha tetap berjalan baik dan berkembang pesat. Pengembangan batik juga harus diimbangi dengan pengembangan sumber daya manusia yang memadai dan pengembangan ide untuk terus meningkatkan mutu dan kualitas produksi sesuai dengan perkembangan jaman, termasuk juga peningkatan kemampuan pemasaran dan mengetahui seluk beluk pasar. Modal besar juga diperlukan sebagai pengembangan usaha, itu sebabnya kebijakan pemerintah seperti membuat pameran di kantor UKM dan sebagian di kirim di gedung pameran jakarta, batik yang dikirim oleh dinas perindustrian tersebut dapat mencapai 13 juta. Adanya desa wisata yang akan di bangun juga dapat meningkatkan usaha yang ada. Namun saat ini sudah banyak kesadaran dari masyarakat Tuban, sudah ada 12 produsen baru yang muncul untuk ikut meramaikan pasar batik tradisional khas Tuban. Karena identitas Tuban banyak muncul pada batiknya maka ciri khas yang melekat seperti gambar sirip ikan akan dipertahankan untuk menjaga ciri khas Tuban. Berbeda dengan tayub dan batik gedok yang semuanya khas Tuban, maka kebudayaan khas Tuban yang benama sandur sudah hampir punah. Namun Bapak Naryo, Kepala Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Tuban memaparkan bahwa sandur akan coba diangkat sebagai ikon Tuban, sandur mulai disentuh kembali. Dana yang diberikan pemerintah untuk kebudayaan Tuban adalah 300 juta maka dengan dana itu kesenian khas Tuban akan coba diangkat. Peran masyarakat muda seperti mahasiswa dibutuhkan seperti mencoba menampilkan kesenian sandur. Seperti yang dilakukan oleh Universitas Surakarta yang mengadakan pagelaran Sandur dalam rangka tugas akhir pasca sarjana di dusun Ngampel tempat Sandur dikembangkan.
Belakangan ini banyak sekali problem kebudayaan yang timbul di Indonesia, dari mulai diambilnya beberapa aset kebudayaan asli negara indonesia oleh negara lain, sampai masalah pewarisan kebudayaan kepada generasi muda yang kurang mendapat perhatian. Generasi muda yang kurang diperkenalkan kepada kebudayaannya sendiri menyebabkan mereka acuh dan tidak merasa memilki suatu nilai budaya yang harus dipertahankan. Padahal kebudayaan adalah adalah aset besar yang dapat memberikan banyak keuntungan untuk masyarakatnya. Contohnya adalah kebudayaan tuban yang coba dikembangkan oleh beberapa tokoh masyarakat tuban itu sendiri, beberapa narasumber yang saya jumpai adalah tokoh yang berperan dalam menjaga kelestarian kebudayaan di Tuban. Seperti bapak Asy’ari yang menjabat sebagai AIPTU (Ajun Inspektur Tingkat Satu) serta kepala unit pembinaan ketertiban masyarakat di POLRES Tuban beliau biasa dipanggil bapak Ashari atau bapak Sogol, beliau adalah tokoh masyarakat yang terjun langsung dalam kebudayaan tuban yaitu tayub, beliau berperan sebagai pengatur acara tayub dari awal sampai akhir atau pelayan dalam pementasan tayub yang biasa disebut sebagai pramugari. Banyak sekali kendala yang dihadapi oleh bapak Ashari untuk dapat memajukan tayub, jangankan memajukan kesenian tari tradisional rakyat ini. Untuk melestarikan agar tidak sampai punah saja butuh kerja keras. Kendala seperti adanya kerusuhan saat pementasaan yang disebabkan oleh beberapa masyarakat yang minum minuman beralkohol, padahal tayub di fungsikan untuk menjaga kerukunan masyakatnya. Namun, hal itu dapat diatasi dengan penertiban atau mendatangkan polisi untuk menjaga keamanan sewaktu pementasan tayub. Mahalnya biaya pementasan tayub juga menjadi kendala pada sebagian masyarakat yang tidak mampu secara financial. Tayub memang dapat mendatangkan keuntungan khususnya untuk pelaku tayub sendiri, bayangkan saja jika 20 kecamatan di Tuban ada 2000 pentas tayub tiap tahunnya. Tiap pementasan yang terorganisir atau satu paketnya kira-kira menghabiskan biaya 12 juta, maka berapa banyak orang yang mendapat keuntungan dari pementasan itu. secara tidak langsung juga dapat mengangkat kondisi ekonomi masyarakatnya. Untuk menjaga kelestarian dan penyelamatan aset kebudayaan memang dibutuhkan kerja sama masyarakatnya namun juga peran pemerintah dibutuhkan untuk membantu mempromosikan dan membantu mengangkat kembali kebudayaan asli daerah dengan cara memberi kesempatan menampilkan kebudayaan tersebut di banyak waktu dan tempat. Saat kebudayaan diambang batas kepunahan peran generasi muda sangat dibutuhkan dalam hal ini, seperti tayub contohnya yang dapat lestari sampai sekarang jika generasinya peduli terhadap kesenian asli daerah itu. Kepedulian tidak hanya sekedar mengerti apa itu tayub namun, dibutuhkan penerus untuk terjun langsung dalam pertunjukan. Menurut bapak Ashari penikmat kebudayaan tayub terjadi pengurangan, jika dilihat dari segi kemasyarakatannya memang perkembangan kehidupan masyarakat, perubahan struktur sosial dan tata nilai akan berhubungan dengan masalah kesenian dan masyarakatnya. Pewarisan tayub dapat dilakukan secara langsung tergantung para generasinya yang mau atau tidak untuk mewarisi budaya tayub tersebut. Kebudayaan Tuban tidak hanya berfokus pada tayub, namun terdapat juga batik gedok. Batik gedok adalah batik khas Tuban yang dahulu hampir punah. Salah satu tokoh masyarakat yang berhasil mengembangkan batik gedok ini adalah bapak Soleh, beliau adalah pengusaha di bidang tekstil atau lebih tepatnya adalah batik khas Tuban. bapak Soleh adalah pendatang dari daerah Malang yang berprofesi sebagai guru SD yang ditempatkan di Tuban. Beliau sudah bergelut dengan usaha batik ini dari tahun 1987, namun kendala pertama bapak Soleh adalah pemasaran, bahkan bapak Soleh harus memasarkan sendiri produk batiknya selama 4 tahun. Namun respon masyarakat yang baik dapat memajukan usaha bapak soleh. Secara tidak langsung penyelamatan aset kebudayaan Tuban sedang dilakukan oleh bapak Soleh, namun usaha batik tidak akan berkembang jika tidak ada dukungan baik dari pemerintah atau masyarakat itu sendiri. Itu sebabnya PT Semen Gersik membantu dengan memberikan pinjaman lunak untuk modal, dan pelatihan desain untuk batik. Menteri UKM bapak Surya Darma Ali juga pernah meninjau langsung. peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk memajukan batik asli Tuban tersebut. Hal ini berdampak pada masyarakat Tuban sendiri yang memperoleh pekerjaan, yang bearti dapat mengurangi jumlah pengangguran. Selain itu secara tidak langsung batik Tuban mengangkat perekonomian masyarakat sekitar dan devisa negara karena batik di ekspor ke banyak negara. Untuk dapat melestarikan batik gedok ini dibutuhkan juga sumber daya masyarakat yang memadai untuk mempelajari proses pembuatan batik gedok, maka dibutuhkan kepedulian generasi muda untuk mengenbangkan dan mempelajari pembuatan batik gedok asli Tuban. Usaha pelestarian harus dilakukan secara bertahap dan konsisten, batik gedok Tuban bapak Soleh misalnya juga sudah mengikuti pameran di Jawa Timur pada tahun 2009. Pada tahun 2010 memenangkan kategori penyerapan tenaga kerja terbanyak, tenaga kerja yang berhasil terserap dari aset budaya asli Tuban ini sebanyak 217 orang. tiap bulan kurang lebih 6 ribu potong batik yang berhasil terjual, omset setiap bulan dari batik gedok ini mencapai 300 juta. Menurut pemaparan pak Soleh saat ini pekerjanya yang hanya dapat membatik sutra hanya 6 orang, maka dibutuhkan banyak SDM yang dapat melanjutkan atau mewarisi pembuatan batik gedok sutera. Kendala yang paling sering dialami bapak soleh adalah penipuan. Kurangnya pengetahuan yang memadai tentang masalah marketing dan manajement menyebabkan penipuan tidak dapat dihindari saat akan menjual dan memasarkan produk. Bapak soleh memaparkan bahwa beliau pernah ditipu dua kodi kain batik oleh orang, orang tersebut tidak membayar batik yang sudah dibawa, lalu tahun 2007 pernah di tipu oleh orang yang mengaku eksportir senilai 75 juta. Produk bapak soleh juga dipasarkan di sebuah outlet di Bali, namun kurangnya pemahaman masalah hak paten, produk yang tadinya bernama HM Soleh dilepas dan diganti dengan logo outlet tersebut. Di outlet tersebut batik yang harganya 75 ribu dapat dijual 200 ribu perpotong. Namun belajar dari kesalahan maka bapak Soleh tetap bangkit untuk melanjutkan usahanya dan akhirnya usaha tetap berjalan baik dan berkembang pesat. Pengembangan batik juga harus diimbangi dengan pengembangan sumber daya manusia yang memadai dan pengembangan ide untuk terus meningkatkan mutu dan kualitas produksi sesuai dengan perkembangan jaman, termasuk juga peningkatan kemampuan pemasaran dan mengetahui seluk beluk pasar. Modal besar juga diperlukan sebagai pengembangan usaha, itu sebabnya kebijakan pemerintah seperti membuat pameran di kantor UKM dan sebagian di kirim di gedung pameran jakarta, batik yang dikirim oleh dinas perindustrian tersebut dapat mencapai 13 juta. Adanya desa wisata yang akan di bangun juga dapat meningkatkan usaha yang ada. Namun saat ini sudah banyak kesadaran dari masyarakat Tuban, sudah ada 12 produsen baru yang muncul untuk ikut meramaikan pasar batik tradisional khas Tuban. Karena identitas Tuban banyak muncul pada batiknya maka ciri khas yang melekat seperti gambar sirip ikan akan dipertahankan untuk menjaga ciri khas Tuban. Berbeda dengan tayub dan batik gedok yang semuanya khas Tuban, maka kebudayaan khas Tuban yang benama sandur sudah hampir punah. Namun Bapak Naryo, Kepala Bidang Kebudayaan dan Pariwisata Tuban memaparkan bahwa sandur akan coba diangkat sebagai ikon Tuban, sandur mulai disentuh kembali. Dana yang diberikan pemerintah untuk kebudayaan Tuban adalah 300 juta maka dengan dana itu kesenian khas Tuban akan coba diangkat. Peran masyarakat muda seperti mahasiswa dibutuhkan seperti mencoba menampilkan kesenian sandur. Seperti yang dilakukan oleh Universitas Surakarta yang mengadakan pagelaran Sandur dalam rangka tugas akhir pasca sarjana di dusun Ngampel tempat Sandur dikembangkan.