KEBUTUHAN ATAU DIPAKSA MEMBUTUHKAN
1. bermerk VS tidak bermerk.
bayangkan jika kita menemui barang barang bermerk dengan yang tidak. pasti akan ada banyak komentar yang keluar dari mulut. benarkah kita membeli sebuah barang hanya karena kita membutuhkannya?, yakin jawabannya "iya". kita membutuhkan barang itu. eits tapi tidak hanya barangnya namun juga merk nya. untuk apa merk itu sebenarnya? merk adalah status sosial. semakin mahal harga dan semakin terkenal merk barangnya maka semakin naik status sosial kita. status sosial diperlukan untuk meninggikan kedudukan kita dimata orang lain. itulah yang banyak disuguhkan, ribuan merk berlomba membuat agar nilai barang yang sama namun imej yang dibangun berbeda. "life style".
2. penting VS tidak penting.
apa yang diperlukan untuk mandi?, shampo, sabun, pelembab, pasta dan sikat gigi, dll. tapi masalahnya banyak sekali barang - barang kita yang dibuat seakan penting utuk kita. kita membeli pernak-pernik kebutuhan untuk mandi dan kebutuhan lainya. seperti deodorant atau yang lain dan yang menjadi pertanyaan apa yang benar-benar kita butuhkan. apakah kita akan mengalami suatu yang buruk saat kita tidak menggunakannya. deodorant yang mengikat bakteri 24 jam memang membuat kita percaya diri namun apa efek sampingnya terkadang kita tidak mengetahuinya. karena iklan tidak membicarakan efek sampingnya. padahal bedak tabur yang mengandung tawas lebih efektif daripada deodorant yang ada di iklan. bahkan sesungguhnya Anti Prespirant yang ada di deodorant menyebabkan keringat tidak dapat keluar dan akhirnya dapat menyebabkan kanker. hanya sayang bedak itu tidak di sponsorkan. kita hanya termakan iklan. pandai-pandailah memilih produk. pasta gigi pun begitu, dengan gembar-gembor +50% kalsium. padahal jika diteliti lebih lanjut pasta gigi tersebut kalsiumnya lebih banyak 50% jika dibandingkan pasta gigi silica/gel. bahkan pendambahan detergen cenderung ada pasta gigi kita. hanya ada sedikit sekali pastra gigi yang tidak berbusa. namun kita tidak memilihnya karena harga, dan tidak terbiasa dengan pasta gigi yang tidak berbusa. padahal itulah yang sebenarnya baik untuk kita.
3. butuh VS ikut-ikutan.
kita berkomunikasi dengan relasi. ok. tidak masalah. namun apa yang terjadi jika hape kita lebih gaul daripada kita sendiri. kita dibuat kewalahan oleh Hp kita sendiri. berbagai macam teknologi mengelilingi hidup kita. seakan kita tidak bisa lepas akannya, namun apakah teknologi semakin membantu? jawababnya "iya" atau "sangat iya" namun ternyata banyak orang yang dipusingkan oleh teknologi. sehari setelah belajar membuat akun FB, kita harus mempelajari Twitter, Kaskus, Koprol, Picassa, Blog, dan lainnya. belum lagi setelah sebulan kita memiliki BB, muncullah Android satu bulan lagi, Lalu tren Super smart phone. kita dituntut mengikutinya atau ikut-ikutan. namun sebenarnya apa yang kita butuhkan? apakah kita butuh akses internet cepat, atau menjalin relasi, dan spesifikasi lain kita butuhkan didalam hp. jangan sampai kita dibuat gaptek oleh produk yang kita pilih dan hanya sekedar bergaya lalu memengangnya dan tidak tahu kegunaannya secara baik.
bayangkan jika kita menemui barang barang bermerk dengan yang tidak. pasti akan ada banyak komentar yang keluar dari mulut. benarkah kita membeli sebuah barang hanya karena kita membutuhkannya?, yakin jawabannya "iya". kita membutuhkan barang itu. eits tapi tidak hanya barangnya namun juga merk nya. untuk apa merk itu sebenarnya? merk adalah status sosial. semakin mahal harga dan semakin terkenal merk barangnya maka semakin naik status sosial kita. status sosial diperlukan untuk meninggikan kedudukan kita dimata orang lain. itulah yang banyak disuguhkan, ribuan merk berlomba membuat agar nilai barang yang sama namun imej yang dibangun berbeda. "life style".
2. penting VS tidak penting.
apa yang diperlukan untuk mandi?, shampo, sabun, pelembab, pasta dan sikat gigi, dll. tapi masalahnya banyak sekali barang - barang kita yang dibuat seakan penting utuk kita. kita membeli pernak-pernik kebutuhan untuk mandi dan kebutuhan lainya. seperti deodorant atau yang lain dan yang menjadi pertanyaan apa yang benar-benar kita butuhkan. apakah kita akan mengalami suatu yang buruk saat kita tidak menggunakannya. deodorant yang mengikat bakteri 24 jam memang membuat kita percaya diri namun apa efek sampingnya terkadang kita tidak mengetahuinya. karena iklan tidak membicarakan efek sampingnya. padahal bedak tabur yang mengandung tawas lebih efektif daripada deodorant yang ada di iklan. bahkan sesungguhnya Anti Prespirant yang ada di deodorant menyebabkan keringat tidak dapat keluar dan akhirnya dapat menyebabkan kanker. hanya sayang bedak itu tidak di sponsorkan. kita hanya termakan iklan. pandai-pandailah memilih produk. pasta gigi pun begitu, dengan gembar-gembor +50% kalsium. padahal jika diteliti lebih lanjut pasta gigi tersebut kalsiumnya lebih banyak 50% jika dibandingkan pasta gigi silica/gel. bahkan pendambahan detergen cenderung ada pasta gigi kita. hanya ada sedikit sekali pastra gigi yang tidak berbusa. namun kita tidak memilihnya karena harga, dan tidak terbiasa dengan pasta gigi yang tidak berbusa. padahal itulah yang sebenarnya baik untuk kita.
3. butuh VS ikut-ikutan.
kita berkomunikasi dengan relasi. ok. tidak masalah. namun apa yang terjadi jika hape kita lebih gaul daripada kita sendiri. kita dibuat kewalahan oleh Hp kita sendiri. berbagai macam teknologi mengelilingi hidup kita. seakan kita tidak bisa lepas akannya, namun apakah teknologi semakin membantu? jawababnya "iya" atau "sangat iya" namun ternyata banyak orang yang dipusingkan oleh teknologi. sehari setelah belajar membuat akun FB, kita harus mempelajari Twitter, Kaskus, Koprol, Picassa, Blog, dan lainnya. belum lagi setelah sebulan kita memiliki BB, muncullah Android satu bulan lagi, Lalu tren Super smart phone. kita dituntut mengikutinya atau ikut-ikutan. namun sebenarnya apa yang kita butuhkan? apakah kita butuh akses internet cepat, atau menjalin relasi, dan spesifikasi lain kita butuhkan didalam hp. jangan sampai kita dibuat gaptek oleh produk yang kita pilih dan hanya sekedar bergaya lalu memengangnya dan tidak tahu kegunaannya secara baik.